TUGAS 1 SEJARAH SASTRA
1. Sastra
klasik berbentuk sastra lisan karena sastra klasik adalah sastra yang hidup di
tengah-tengah masyarakat. Sastra klasik kebanyakan adalah cerita yang
diturunkan dari orangtua kepada anaknya dan nenek mamak kepada cucunya dan pencerita
kepada pendengarnya. Cara penyebaran merupakan bagian dari tradisi yang
berkembang di tengah rakyat jelata dengan menggunakan media utamanya adalah
bahasa.
2. Perkembangan
Sastra Indonesia
-
Kesusastraan Melayu Klasik
Sastra
Indonesia pada mulanya dikenal dengan sastra melayu klasik adalah sastra yang
berkembang di daerah Melayu yang disebut sastra lisan. Sastra lisan ini
berwujud pantun, peribahasa, teka-teki, talibun, dan mantra. Sastra yang
berbentuk prosa berwujud cerita rakyat. Sastra Melayu klasik banyak dipengaruhi
oleh agama Hindu dan Budha, saat kedua agama ini berkembang di Indonesia.
Ketika agama Islam mulai berkembang pesat di Indonesia awal abad ke-13
kesusastraan Melayu mulai ditulis dalam aksara Jawi atau aksara
Arab-Melayu.Masa peralihan adalah masa peralihan Melayu klasik ke Melayu
modern. Kesusastraan Melayu Modern dipengaruhi oleh budaya barat dan bentuknya
sudah tidak kolektivisme melainkan sudah individualisme.
-
Kesusastraan Balai Pustaka
Setelah
munculnya masa peralihan maka dimulailah era baca tulis di kalangan masyarakat.
Muncullah sastra Balai Pustaka yaitu sastra yang ditulis oleh orang Indonesia
yang menempuh pendidikan di sekolah Pribumi. Balai Pustaka menerbitkan karya
sastra berupa roman dan puisi.
-
Kesusastraan Masa Pujangga Baru
Sejarah
lahirnya masalah Pujangga Baru dimulai pada pertengahan tahun 1993. Tiga tokoh
yang memprakarsai berdirinya majalah ini, yaitu Armijn Pane, Amir Hamzah, dan
Sutan Takdir Alisyahbana.
-
Kesusastraan masa Jepang
Pemisahan
antara periode Pujangga Baru dengan sastra modern angkatan 45 adalah dimulai
pada tahun 1942. Ciri sastra jenis prosa pada periode Jepang atau periode
1942-1953 adalah sastra yang dijiwai semangat untuk sebuah kemerdekaan,
terutama menyoroti masalah kemasyarakatan, kemiskinan, dan penderitaan akibat
perang, eksploitasi manusia, manusia yang universal dan aliran individualisme
dan naturalisme.
-
Kesusastraan Angkatan 45
Ciri-ciri
sastra angkatan 45, memiliki bentuk dan gaya bahasa yang berbeda dengan
angkatan sebelumnya. H.B. Jassin pun menambahkan bahwa bukan di dalam gaya
bahasa saja berbeda, tetapi juga dari sudut visi dan misinya. Pro dan kontra
terhadap angkatan 45 ini terjadi antara seniman (sastrawan) pada masa kini.
Pengarang-pengarang
angkatan 45, diantaranya adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus.
Adapun para pengarang wanita angkatan 45, diantaranya adalah S. Rukiah,
Suwarsih Djojopuspito, Maria Amin, Nursyamsi.
-
Kesusastraan Angkatan 66
Ciri
khas hasil kesusastraan angkatan 66 ialah protes sosial dan protes politik.
Pengarang-pengarang angkatan 66 antara lain Ajip Rosidi, Ardan, Rendra dll.
-
Kesusastraan Angkatan 70
Angkatan
70 dalam sastra Indonesia dipaparkan pertama kali oleh Dami N Toda dan didukung
oleh Abdul Hadi W.M. Karya-karya penyair yang menampilkan kecenderungan baru
muncul hampir secara serempak di sekitar awal tahun 1970-an. Dalam tahun ini
telah muncul kesadaran baru dan wawasan estetik baru pada penyair dan pengarang
1970-an. Mereka menolak realisasi formal dan mulai menerima improvisasi dan antirasionalisme.
Penyair Angkatan 70, mengolah akar serta tradisi kebudayaan masing-masing untuk
pengucapan puisi-puisi mereka. Dengan keragaman tradisi dan spiritualisme yang
mengakar, mereka ingin memberi atau menyumbangkan warna pada kebudayaan dunia.
-
Kesusastraan periode 2000
Ada
tiga orang pelopor pengarang periode 2000 yang memiliki wawasan estetika baru
berikut para pendukungnya. Pertama, Afrizal Mama pelopor penyair. Kedua, Seno
Gumiro Ajidarma pelopor cerpen. Ketiga, Ayu Utami pelopor novel.
Komentar
Posting Komentar